KOMPAS.com - Siapa bilang pergantian kelamin hanya bisa terjadi pada manusia? Ayam milik pasangan suami istri Jim dan Jeanette Howard yang berasal dari Huntington, Inggris mengalami pergantian kelamin dari betina ke jantan.
Ayam piaraan bernama Gertie itu mulai mondar-mandir di halaman rumah dan berkokok layaknya pejantan. Beberapa minggu kemudian, karakter pejantan mulai tumbuh, seperti pial di dagu, jengger di kepala, serta bulu coklat gelap khas pejantan.
Jim Howard mengatakan pada Cambridge News, "Saya tahu ini kedengarannya aneh, tapi saya bisa memastikan ini semua benar. Orang pikir ini hal yang konyol, tapi ternyata ini adalah benar adanya."
Publikasi Institut Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida tahun 2000 menyatakan, "Perubahan kelamin nyatanya terjadi, meski tak begitu sering. Namun hingga sekarang, belum dijumpai perubahan dari jantan ke betina."
Perubahan kelamin ini bisa dijelaskan dari perkembangan biologis ayam. Pada masa embrionik, terdapat bakal kelamin jantan dan betina. Sekali gen betina dominan, maka ovarium akan berkembang.
Tapi tak seperti manusia, ovarium ayam hanya berkembang di pinggang kiri saja. Sementara, bakal kelamin di pinggang kanan akan mengalami dormansi, tak berkembang menjadi jantan maupun betina. Bagian yang mengalami dormansi disebut ovotestis.
Dalam kondisi tertentu seperti adanya kista, tumor ataupun penyakit kelenjar anak ginjal, ovarium ayam bisa mengalami degenerasi. Saat itulah, ovotestis mungkin tumbuh menjadi organ kelamin jantan.
"Jika bakal kelamin di sebelah kanan berkembang jadi testis, maka akan mensekresikan androgen," kata Mike Hulet, profesor ilmu peternakan di Pennsylvania State University. Androgen adalah hormon yang bertanggung jawab terhadap karakteristik jantan.
"Produksi androgen inilah yang akan menyebabkan perubahan perilaku pada betina dan membuatnya bertingkah layaknya pejantan," ucap Hulet seperti dikutip Life's Little Mysteries kemarin (31/3/2011).
Namun, ayam tak akan sepenuhnya menjadi jantan. Meski tampak jantan, secara genetik ayam seperti Gertier tetap betina. Jadi, meski tak akan mampu bertelur lagi, ayam yang berganti kelamin juga takkan mampu membuahi betina lain. Akibat pergantian kelamin, Gerte kini berganti nama menjadi Bertie.
Jumat, 01 April 2011
menarik!!!! Terkubur 2.500 Tahun, Otak Masih Utuh
KOMPAS.com — Penemuan otak pada tengkorak berusia lebih dari 2.500 tahun di Heslington Timur, Inggris, mengejutkan dunia. Para ahli organ selama ini yakin, otak merupakan bagian tubuh yang paling cepat rusak dan menjadi cairan sesudah meninggal. Penyebabnya, tingginya kandungan lemak.
"Otak Heslington" itu diteliti tim Universitas Bradford, Inggris, sejak ditemukan tahun 2008. Sonia O'Connor, pimpinan peneliti, mengatakan, otak itu berasal dari tahun 673-482 sebelum Masehi, milik pria berusia 26-45 tahun yang mati digantung atau dipenggal kepalanya.
Tak ada tanda pengawetan seperti pada mumi. Diperkirakan, otak itu segera dikubur dalam tanah basah setelah kematian. Tanah basah membuat oksigen tak bisa masuk sehingga menghindari pembusukan. Kemungkinan lain, pemilik otak punya penyakit tertentu atau ada perubahan fisiologis tubuh yang memengaruhi otak, misalnya kelaparan sebelum mati. (LIVESCIENCE/MZW)
sumber: kompas
"Otak Heslington" itu diteliti tim Universitas Bradford, Inggris, sejak ditemukan tahun 2008. Sonia O'Connor, pimpinan peneliti, mengatakan, otak itu berasal dari tahun 673-482 sebelum Masehi, milik pria berusia 26-45 tahun yang mati digantung atau dipenggal kepalanya.
Tak ada tanda pengawetan seperti pada mumi. Diperkirakan, otak itu segera dikubur dalam tanah basah setelah kematian. Tanah basah membuat oksigen tak bisa masuk sehingga menghindari pembusukan. Kemungkinan lain, pemilik otak punya penyakit tertentu atau ada perubahan fisiologis tubuh yang memengaruhi otak, misalnya kelaparan sebelum mati. (LIVESCIENCE/MZW)
sumber: kompas
Senin, 28 Maret 2011
8 Etika Pengunduran Diri
stres kerja |
KOMPAS.com - Dalam dunia
kerja tentu kemungkinan terjadi
konflik sangat besar. Bisa jadi,
konflik-konflik inilah yang akhirnya
membuat seseorang tidak betah
dan ingin berhenti dari pekerjaan.
Sebelum mengambil keputusan
final, cobalah melakukan mediasi
dulu. Siapa tahu bisa ditemukan
solusi terbaik. Dengan adanya
mediasi, diharapkan hubungan
baik dengan perusahaan tetap
terjaga.
Namun bila berbagai upaya yang
Anda lakukan untuk memperbaiki
situasi tak kunjung membuahkan
hasil, dan dorongan untuk
mengundurkan diri tak dapat
dibendung lagi, sebaiknya Anda
tetap bertindak secara profesional.
Artinya, pengunduran diri tetap
dilakukan dengan etika.
Berikut
panduannya:
1. Informasikan pengunduran diri
jauh-jauh hari sebelumnya, atau
sesuaikan dengan peraturan
perusahaan.
Sebaiknya bicarakan
dahulu secara personal kepada
atasan langsung sebelum
menyerahkan surat pengunduran
diri secara resmi kepada
perusahaan.
2. Selesaikan semua tugas dan
tanggung jawab sebelum benar-
benar meninggalkan kantor.
3. Tanyakan pada bagian
manajemen apakah akan ada
pengalihan tanggung jawab pada
orang lain atau tidak. Jika
memang ada, dampingi
pengganti Anda dan jelaskan
tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab.
4. Jagalah hubungan baik.
Sebaiknya Anda tidak
meninggalkan kesan buruk pada
rekan-rekan kerja. Tak perlu
mengungkit-ungkit atau
menceritakan permasalahan yang
Anda hadapi ke semua orang.
Jaga hubungan baik yang telah
Anda bangun selama ini.
5. Sebelum benar-benar
meninggalkan kantor, bereskanlah
tempat kerja Anda. Jangan lupa
menyerahkan dokumen-
dokumen penting dan membawa
semua barang pribadi Anda.
6. Jangan lupa berpamitan. Jika
memungkinkan acara perpisahan
kecil-kecilan bisa Anda adakan.
7. Selesaikan semua urusan
administrasi. Yang tak boleh
ketinggalan, kembalikan semua
fasilitas perusahaan yang
dipinjamkan. Pinjaman-pinjaman
berupa materi kepada rekan kerja
sebaiknya juga segera
diselesaikan.
(Ajeng Pinto)
8. Tetap jaga nama baik
perusahaan meskipun sudah
keluar. Dimana pun Anda bekerja
nantinya, sebaiknya jangan
mengumbar-umbar keburukan
dan rahasia-rahasia perusahaan
yang Anda ketahui.
Editor: Dini Sumber : Majalah
Sekar
Artikel ini dicopas dari kompas.com
Minggu, 27 Maret 2011
Akibat Gempa dan Tsunami Jepang, Industri Kulit Juga Mengalami DaMpaknya.
drum proses pengolahan kulit |
Dunia usaha di Tanah Air mulai
merasakan dampak ekonomi
bencana gempa bumi dan
tsunami yang terjadi di Jepang.
Sejumlah pelaku usaha khawatir
kelangsungan usahanya akan
terancam menyusul tersendatnya
pengiriman barang ke Jepang.
Pelaku industri penyamakan kulit
di Kabupaten Magetan dan
Kabupaten Madiun, Jawa Timur,
Salmin Saleh, menerima
pembatalan pesanan dari pembeli
asal Jepang. Selain itu, besarnya
pesanan barang dari pengusaha
Jepang juga menurun.
Sebagai gambaran, setelah terjadi
bencana di Jepang, usaha
rumahan yang dikelola Salmin
menerima pembatalan pesanan
sebanyak 2.500 sampai 5.000
square feet kulit domba. "Barang
yang sudah dipesan tiba-tiba
dibatalkan," ujar Salmin, Rabu
(16/3/2011).
Selain itu, pembeli lain yang
biasanya mengekspor langsung
kulit hasil penyamakan ke Jepang
saat ini juga memutuskan
menunda pembelian untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan.
Sebagai gambaran, pada kondisi
normal, Salmin mengirim barang
setiap dua atau tiga hari. Setiap
kali pengiriman jumlahnya
mencapai 2.000 sampai 3.000
square feet.
"Sekarang ini mestinya sudah
mengirim, tapi belum bisa.
Katanya menunggu orang yang
dari Jepang itu mau datang ke
pabrik di Madiun, baru ada
kepastian bisa mengirim atau
tidak. Katanya tanggal 23 Maret
baru bisa datang," tuturnya.
Salmin mengemukakan, akibat
bencana yang melanda Jepang,
pihaknya juga mengalami
penundaan pembayaran. Total
tunggakan barang yang belum
dibayar saat ini mencapai Rp 250
juta. Ia pun khawatir akan
kesulitan menagih pembayaran
yang disebabkan oleh dampak
bencana tersebut.
Salmin terus mengikuti informasi
untuk mengetahui perkembangan
bencana di Jepang. Apalagi,
pangsa pasar terbesar produk
hasil penyamakan kulitnya adalah
pembeli asing, terutama dari
Jepang.
Penulis: Runik Sri Astuti Editor:
Nasru Alam Aziz
Ahai aku sbg lulusan akademi kulit sangat prihatin dengan kondisi ini.
Sumber: compas.com
Sabtu, 26 Maret 2011
Antibiotik Bisa Berbalik Dari MenyembuhkanJadi Membahayakan
detikcom - Jakarta, Antibiotik mampu
membunuh bakteri penyakit. Tapi penggunaan
antibiotik yang tidak tepat bisa membuat
antibiotik dari obat yang menyembuhkan
menjadi obat yang membayakan.
Antibiotik bisa jadi adalah obat yang paling sering
diresepkan oleh para dokter, tapi sayangnya
banyak yang tidak tepat pemberiannya.
Waspadai ancaman penggunaan antibiotik yang
tidak tepat.
Prof Iwan Dwiprahasto selaku guru besar
farmakologi UGM menuturkan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat bisa membahayakan
kesehatan masyarakat secara global maupun
individu. Bentuk penyalahgunaannya cukup
beragam mulai dari tidak tepat memilih jenis
antibiotik hingga cara dan lamanya pemberian.
"Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis
yang tidak tepat serta waktu pemberian yang
terlalu singkat atau terlalu lama akan
menimbulkan masalah resistensi yang cukup
serius," ujar Prof Iwan dalam acara workshop
jurnalis kesehatan di gedung FISIP UI, Depok,
Sabtu (26/3/2O11).
Senada dengan Prof Iwan, perwakilan World
Health Organization Dr Sharad Adhikary juga
menuturkan antibiotik memang obat yang telah
menyelamatkan banyak jiwa, tapi tidak bisa
menyembuhkan semua macam penyakit.
Antibiotik hanya dapat menyembuhkan penyakit
akibat infeksi bakteri.
Antibiotik kerap dibeli tanpa resep dan tanpa
penjelasan, masyarakat biasanya membeli
antibiotik dengan menggunakan resep
sebelumnya. Padahal antibiotik harus melalui
resep dan berdasarkan indikasi yang muncul.
"Jika digunakan berlebihan, bakteri bisa bermutasi
sehingga jadi kebal. Jika semua kebal maka bisa
menimbulkan superbug dan bisa-bisa nantinya
kita kembali ke era sebelum ada antibiotik," ujar
Dr Sharad.
Dr. Sharad menuturkam masalah kekebalan
terhadap antibiotik bukanlah masalah baru, tapi
lama kelamaan semakin mengkhawatirkan dan
berbahaya.
WHO pada tahun 1998 telah mulai
meminta negara-negara anggotanya untuk
mengatasi masalah hal ini.
Infeksi virus seperti demam, flu, batuk pilek,
radang tenggorokan dan beberapa infeksi telinga
merupakan infeksi yang tidak boleh diobati
dengan antibiotik. Hal ini karena antibiotik
membunuh bakteri dan tidak membunuh virus.
Antibiotik membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri yang peka. Tapi kadang
salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena
mampu menetralisir atau menghindar dari efek
antibiotik.
Bakteri yang semula hanya peka bisa
menjadi kebal melalui perubahan genetik di
dalam selnya sehingga menjadi resisten terhadap
antibiotik.
Untuk menghindari penyalahgunaan antibiotik,
ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:
Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter,
dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep.
Tanyakan pada dokter obat mana yang
mengandung antibiotik dan apa manfaatnya.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa
menurunkan efektifitas.
Demam, batuk, pilek dan diare umumnya tak
perlu antibiotik. Hanya perlu makan makanan
bergizi, minum dan istirahat. Jika dalam waktu 3
hari tidak sembuh, segera pergi ke dokter.
Jangan gunakan atau beli antibiotik dari dokter
atau menggunakan resep yang lama.
Penggunaan antibiotik yang sembarangan bisa
merugikan diri sendiri.
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat mengenai antibiotik.
Memperbaiki perilaku tentang penggunaan
antibiotik.
Mencegah dan menghindari penggunaan
antibiotik yang berlebihan atau justru kurang.
"Masyarakat sebaiknya tidak mengobati diri
sendiri, dan jangan mengonsumsi obat yang
tidak diperlukan serta minumlah obat sesuai
dosisnya," ujar Dr Sharad.
Semoga artikel ini bermanfaat, betapa pentingnya kesehatan, betapa pentingnya kita konsultasi dokter bila kita sakit. Mari kurangi obat2an sembarangan. Oke.
Artikel ini di copas dari www.m.detik.com
membunuh bakteri penyakit. Tapi penggunaan
antibiotik yang tidak tepat bisa membuat
antibiotik dari obat yang menyembuhkan
menjadi obat yang membayakan.
Antibiotik bisa jadi adalah obat yang paling sering
diresepkan oleh para dokter, tapi sayangnya
banyak yang tidak tepat pemberiannya.
Waspadai ancaman penggunaan antibiotik yang
tidak tepat.
Prof Iwan Dwiprahasto selaku guru besar
farmakologi UGM menuturkan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat bisa membahayakan
kesehatan masyarakat secara global maupun
individu. Bentuk penyalahgunaannya cukup
beragam mulai dari tidak tepat memilih jenis
antibiotik hingga cara dan lamanya pemberian.
"Kebiasaan memberikan antibiotik dengan dosis
yang tidak tepat serta waktu pemberian yang
terlalu singkat atau terlalu lama akan
menimbulkan masalah resistensi yang cukup
serius," ujar Prof Iwan dalam acara workshop
jurnalis kesehatan di gedung FISIP UI, Depok,
Sabtu (26/3/2O11).
Senada dengan Prof Iwan, perwakilan World
Health Organization Dr Sharad Adhikary juga
menuturkan antibiotik memang obat yang telah
menyelamatkan banyak jiwa, tapi tidak bisa
menyembuhkan semua macam penyakit.
Antibiotik hanya dapat menyembuhkan penyakit
akibat infeksi bakteri.
Antibiotik kerap dibeli tanpa resep dan tanpa
penjelasan, masyarakat biasanya membeli
antibiotik dengan menggunakan resep
sebelumnya. Padahal antibiotik harus melalui
resep dan berdasarkan indikasi yang muncul.
"Jika digunakan berlebihan, bakteri bisa bermutasi
sehingga jadi kebal. Jika semua kebal maka bisa
menimbulkan superbug dan bisa-bisa nantinya
kita kembali ke era sebelum ada antibiotik," ujar
Dr Sharad.
Dr. Sharad menuturkam masalah kekebalan
terhadap antibiotik bukanlah masalah baru, tapi
lama kelamaan semakin mengkhawatirkan dan
berbahaya.
WHO pada tahun 1998 telah mulai
meminta negara-negara anggotanya untuk
mengatasi masalah hal ini.
Infeksi virus seperti demam, flu, batuk pilek,
radang tenggorokan dan beberapa infeksi telinga
merupakan infeksi yang tidak boleh diobati
dengan antibiotik. Hal ini karena antibiotik
membunuh bakteri dan tidak membunuh virus.
Antibiotik membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri yang peka. Tapi kadang
salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena
mampu menetralisir atau menghindar dari efek
antibiotik.
Bakteri yang semula hanya peka bisa
menjadi kebal melalui perubahan genetik di
dalam selnya sehingga menjadi resisten terhadap
antibiotik.
Untuk menghindari penyalahgunaan antibiotik,
ada beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu:
Gunakan antibiotik hanya dengan resep dokter,
dengan dosis dan jangka waktu sesuai resep.
Tanyakan pada dokter obat mana yang
mengandung antibiotik dan apa manfaatnya.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa
menurunkan efektifitas.
Demam, batuk, pilek dan diare umumnya tak
perlu antibiotik. Hanya perlu makan makanan
bergizi, minum dan istirahat. Jika dalam waktu 3
hari tidak sembuh, segera pergi ke dokter.
Jangan gunakan atau beli antibiotik dari dokter
atau menggunakan resep yang lama.
Penggunaan antibiotik yang sembarangan bisa
merugikan diri sendiri.
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat mengenai antibiotik.
Memperbaiki perilaku tentang penggunaan
antibiotik.
Mencegah dan menghindari penggunaan
antibiotik yang berlebihan atau justru kurang.
"Masyarakat sebaiknya tidak mengobati diri
sendiri, dan jangan mengonsumsi obat yang
tidak diperlukan serta minumlah obat sesuai
dosisnya," ujar Dr Sharad.
Semoga artikel ini bermanfaat, betapa pentingnya kesehatan, betapa pentingnya kita konsultasi dokter bila kita sakit. Mari kurangi obat2an sembarangan. Oke.
Artikel ini di copas dari www.m.detik.com
Perangko pertama indonesia, dipamerkan.
Pangeran William III |
SURABAYA,
KOMPAS.com--Perangko
pertama di Indonesia
bergambar Pangeran
William III terbitan tahun
1864, dipamerkan di
Museum Galeri Seni "House
of Sampoerna" ("HoS") Surabaya sejak 23 Maret
hingga 4 April 2011.
"Perangko bergambar Pangeran William III itu
merupakan salah satu dari 3.000-an perangko
yang dipamerkan," kata Ketua Umum PD
Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) Jawa Timur,
Ramadhan Harianto di Surabaya, kemarin.
Menurut dia, ribuan perangko dalam pameran
yang digagas "HoS", Kantor Pos Besar Klas I
Surabaya di Kebon Rojo, Surabaya, dan PFI
Jatim untuk memperingati Hari Filateli pada 29
Maret itu, didominasi perangko bertema fauna
dan flora dari tahun 1864 hingga tahun 2008.
"Ada perangko seri bunga, mamalia, kupu-
kupu, dan fauna serta flora lainnya yang
merupakan koleksi dari enam kolektor perangko
asal Surabaya dan Palangkaraya. Semuanya
dikemas dalam 22 frame yang setiap frame
berisi 16 halaman perangko," paparnya.
Secara terpisah, Widodo dari Kantor Pos
Kebonrojo menjelaskan, pameran bertujuan
untuk menambah wawasan dan meningkatkan
kembali minat masyarakat terhadap filateli dan
korespondensi (surat-menyurat) dengan
menggunakan perangko sebagai medianya.
"Kami juga menampilkan `gaun benda pos`
berekor panjang yang unik. Gaun itu terbuat
dari 6.427 benda pos yakni empat lembar uang
pos, dua lembar wesel pos visa elektron, 100
lembar kartu pos, 2.154 perangko bekas dalam
negeri, 1.100 perangko bekas luar negeri, 1.500
perangko baru dalam negeri, 1.300 perangko
baru luar negeri, dan 575 perangko terbaru,"
tuturnya.
Tentang angka "6427" itu, ia menjelaskan angka
64 di depan 6427 dimaksudkan untuk
memperingati 64 tahun Bakti Postel pada 27
September 2009.
"Gaun benda pos yang ditempelkan pada
manekin (boneka manusia) itu tercatat dalam
rekor MURI sebagai gaun dengan perangko atau
benda pos terbanyak," ujarnya, menjelaskan.
Penulis: Jodhi Yudono Editor: Jodhi Yudono
Sumber : ANT
Artikel ini di copas dari m.kompas.com/news/read/data/2011.03.27.01413041
Edisi 27-3-2011
Langganan:
Postingan (Atom)